Selasa, 25 Agustus 2020

Love, Lyli

 Semua sudah terlambat... Keegoisan yang ada telah memakan semuanya... Menjadikannya abu yang sangat menyakitkan... Namun, semua dari itu menjadikan pelajaran bagi hidupku. Pelajaran untuk mengendalikan diru dari keegoisan, pelajaran untuk menjadi lebih hati². Maafkan aku, Ly. Atas semua semua keegoisan dan kerakusanku, kamu menjadi korban dari semuanya. Maafkan aku atas ketidaktahuanku dalam mengobatimu. Semua salahku ly. Maafkan aku yg enggak bisa jaga kamu sebaik mungkin. 

Sekarang kamu sudah tenang disana tanpa ada rasa sakit yang menghantuimu.  Tuhan lebih sayang padamu dibandingkan aku. Sayangku hanya sebatas melihat kelucuan dan tingkah lakumu. Maafkan aku juga karena tidak bisa menjemput dan membawamu pulang ke rumah ini. Aku tidak kuat melihat kamu terbaring lemah dan tak bernafas. Dan maafkan aku juga jika kamu tidak dikubur dengan baik semua itu salah aku krn tidak bisa membiayai mu dengan lancar. Aku sadar diriku masih manusia yg biasa, belum mempunyai apa². Namun, rasa dan jiwa sosial ku muncul dikala keegoisan ku juga muncul. 

Tuhan mungkin tau, betapa berdosanya aku. Sehingga ini menjadi teguran bagiku. Ly, semoga kamu bisa memafkan aku. Walaupun kamu hanya seekor kucing, tapi aku yakin kamu bisa mengerti apa yang aku rasaakan saat ini. Menyesal, sedih, dan senang karena kamu tidak merasakan kesakitan lagi. Tenang disana ya ly, aku selalu menunggu bantuanmu di akhirat nanti 🙏🙏😭😭😭


Be love... Lyli ❤

Rabu, 04 Maret 2020

Mungkin Sudah Bosan

Terasa begitu menyakitkan dan perih, saat begitu tau apa yang diinginkan terjadi. Setahun sudah perjalanan lika-liku yang dihadapi. Namun, apadaya tak bisa dipungkiri. Dirinya memang ingin bermain api.

Dia sudah menyiapkan obor dan pematiknya. Tinggal dia nyalakan dengan mudah tanpa memikirkan yang di sampingnya. Yang begitu ketakutan saat api itu dinyalakan. Ia takut terhadap panasnya suasanya yang dihasilkan oleh api itu. Dan ia benar-benar  takut, menangis

Kehidupan ini memang seperti dibolak-balikan. Kadang indah dan kadangpun pahit. Matahari terkadang juga merasa bosan untuk menerangi siang dan diganti dengan awan gelap. Bulan juga tak sering setiap saat menemani malam dan digantikan juga oleh awan gelap.  Awan gelap tak terkadang menandakan hujan. Dia hanya penghias langit dikala matahari atau bulan tak ingin menemani. 

Begitupun dengan hati, mungkin setiap orang tak pernah memiliki perasaan hati yang tetap. Mungkin hati merasa bosan dengan yang satu dan berusaha mencari lagi agar kembali indah. Hati pun juga bisa memiliki ego. Tak berniat meninggalkan keduanya. Bahkan bisa merugikan belahannya. 

Minggu, 01 Maret 2020

EGO HATI

 Perih rasanya namun itu yang harus dilewati. Rasa yang mungkin tak pernah puncul dalam hidup, sekarang membaur dalam jiwa. Mengahancurkan semua yang terbangun kokoh. Hanya karena ego yang kecil mengorbankan semua hal yang indah.

Kehidupan ini pun tak selalu berjalan dengan mulus. Ada rasanya jiwa ini ingin bermain api. Namun, takut akan hal yang tidak diinginkan terjadi. Rasa kecewa, gelisah, dan curiga, juga pembalasan yang rumit. 

Cinta terkadang memang seperti itu, berfikir indah di depan dan gelap setelah berjalan. Apadaya hati tak bisa menolak, mengungkiri hal yang akan terjadi. Menerima semua yang dilakukan. Hingga suatu saat mengorbankan hati untuk jadi taruhan diri. 

Memasuki jurang kegelapan yang mungkin akan abadi. Jika, tak ada satupun orang yang menerangi. Cinta pun juga membentuk 2 pilihan, bertahan atau berhenti? Itupun tak menjadikan keduanya berarti. Bertahan, untuk waktu yang lama dan mungkin menyakitkan. Berhenti, merelakan semua yang pernah terjadi dan menyesal karena tak pernah terulang kembali. 

Ego hati terkadang lebih rumit dari segalanya. Menyiksakan dan menyakitkan itu yang kerap dirasakan oleh hati yang tak bisa berbicara. Merelakan air mata yang turun disetiap malam. Menginjak-injak harga diri di depan seseorang tanpa sadar. 

Dan begitulah cinta, tak pernah terlukis jelas arah dan tujuannya...... 

Kamis, 27 Februari 2020

Percintaan Tak Selalu Mulus

Terkadang hidup adalah sebuah misteri. Dimana pada awalnya kita bisa mendapatkan sebuah hal-hal yang manis dan akhirannya pahit. Begitu juga sebaliknya. Namun, manusia tak akan pernah mau merasakan yang pahitnya. Mereka selalu memikirkan yang manisnya saja. Sehingga dapat merasakan penyesalan yang begitu dalam. 

Keindahan hidup bukannya harus dipandang sebelah mata. Dimana kita harus tau celah-celah keindahan itu agar dapat dinikmati selamanya. Namun, rasa gundah dan gelisah selalu saja menghampiri. Disaat ingin percaya bahwa disana ada keindahan, rasa itu selalu itu selalu muncul. 

Terpikir sudah kenangan yang dilalui bersama. Akankah ini akan bertahan lama hingga maut memisahkan? Atau jika tidak, akan bisa menahan rasa perih dan kecewa ini? Hanya Tuhan yang tau, kita hanya pantas menjalaninya saja dan tetap waspada akan rintangan yang ada.

Jika ingin sebuah kenangan terukir yang lama hingga maut memisahkan. Maka, bgitu ada sebuah rintangan, kita harus yakin bisa melewatinya. Jangan ragu dan yakinkan dia adalah milikmu yang diberikan Tuhan untuk selamanya. 

Kamis, 23 Januari 2020

Menahan Perih dan Sakit

Tak selalu cahaya matahari berisinar terang. Tak selalu sang bulan menandakan tidak akan turun hujan. Tak selalu pelangi datang dikala rintik hujan turun. Tak selalu kehidupan ini berjalan dengan lancar. Tak selalu janji akan ditepati. Dan tak selalu pembicaraan manis selalu akan manis. Mungkin itu kalimat yang tepat untuk diumpakan oleh kehidupanku.

Keluarga adalah tempat dimana bisa menjadi tumpuan saat senang, susah, maupun sedih. Tetapi, hal ini berbeda dengan yang ku hadapi. Keluarga bisa saja menjadi suatu bencana yang membuatku hancur seketika. Dimana akan ada masanya seseorang itu akan menjadi boomerang yang seketika menusuk jiwaku. 

Tak ada tempat lagi untuk bersandar saat dimana keluarga sudah menjadi boomerang untuk diri sendiri. Menyandarkan diri ke teman, sahabat, kekasih pun itu tak butuh yang lama. Karena mereka bukanlah tempat persandaran untuk selamanya. Mungkin mereka juga pegal menghadapi situasi dirinya masing-masing, apalagi ditambah dengan situasiku. 

Ditemani hujan deras yang kian menerpa, mewakili suara hatiku yang sedang rapuh. Tak ada seorangpun yang tau. Hanya Tuhan dan Malaikatlah yang mengerti. Cahaya matahari pun enggan untuk menyinari langit. Karena dia ingin beristirahat sejenak mengahadapi situasi bumi.

Matahari punya tempat tersendiri untuk bersembunyi. Hujan punya tempat tersendiri untuk menyimpan airnya. Bagaimana dengan ku? Tak ada seorangpun yang mengerti, bahwa aku juga butuh tempat tersendiri. Dimana tempat itu menjadi tempat yang bisa aku luapkan segala emosiku. 

Hal bahagiapun tidak akan berguna disaat seperti ini. Terkalahkan oleh kesedihan yang kian bertambah. Untuk apa berfikir kalau itu akan menjadi plester yang akan menutupi luka hati. Tidak ada gunanya sama sekali. Jika, dibandingkan dengan banyaknya kesedihan.

Sulit dan sakit, dua kata yang terucap dihati. Hanya itu yang mampu ku lakukan disaat seperti ini.